Maharaja (2024) : Benarkah Pencarian Tong Sampah ?

review film maharaja (2024)

Banyak banget yang bilang ini film bagus banget, dan ternyata ......

Akhirnya bisa #NgulasFilm lagi. Kali ini film India (lagi) yang berjudul MAHARAJA. Film berbahasa Tamil yang sudah ditonton Juli lalu, memang masih ramai banget dibahas para pecinta movie. Pokoknya kalau nonton Maharaja (2024) bakalan ter-wew-wew, amaze banget, bikin syik-syak-syok karena apa? Karena katanya keren, super plot twist. 

Tapi, apa emang begitu ?


      MAHARAJA (2024)     

Sutradara : Nithilan Saminathan

Penulis : Nithilan Saminathan dan Raam Murali.

Rilis : 14 Juni 2024

Pemeran

Vijay Sethupathi (Maharaja), Anurag Kashyap (Selvam), Mamta Mohandas ( Aasifa )
Natarajan Subramaniam (Inspector S. Varadharajan), Saravana Subbiah (Inspector), Abhirami (Kokila Srilakshmi), Singampuli (Nallasivam), Divyabharathi (Maharaja's wife), Sachana Namidass (Jothi), Manikandan (Dhana)

Genre : thriller, action, drama

Rating IMDB : 8.6 / 10


      SINOPSIS MAHARAJA (2024)     

Maharaja sebagai tokoh utama dalam film ini, adalah seorang tukang cukur yang nggak banyak omong. Orangnya sederhana, apa adanya. Maharaja, lelaki pendiam yang sudah berkeluarga, suatu hari minta izin pada bosnya untuk berbelanja kebutuhan bayi mereka.

Ketika selesai berbelanja, selesai memilih boneka, tiba-tiba sebuah truk menabrak rumah yang di dalamnya ada istri dan anaknya yang sedang menunggu. 

Tahun 2009 pun berganti ke 2024

Jothi, gadis muda yang duduk di SMA kelas 10, tinggal bersama ayahnya Maharaja, yang dikisahkan sudah tua, beruban. Maharaja yang awalnya adalah pegawai cukur biasa, akhirnya bisa membuka usaha sendiri, bernama 'Jothi Saloon'. Tapi, mereka tidak hanya tinggal berdua, ada satu anggota keluarga lagi bernama "Laksmi".

"Laksmi" lah yang membuat cerita ini benar-benar menarik. "Laksmi" bukan sosok, bukan istri baru Maharaja, melainkan TONG SAMPAH. Ya, tidak salah baca. Baik Jothi dan Maharaja sangat menghormati "Laksmi", sebuah tong sampah besi, bertuliskan Use Me. Saat kecelakaan truk di masa lalu, tong sampah inilah yang akhirnya menyelamatkan Jothi yang masih bayi. Sementara rumahnya hancur dan ibunya meninggal.

"Laksmi, sebuah Tong Sampah yang menyelamatkan bayi Jothi"


Tidak cukup mengistimewakan tong sampah dengan memberikan nama, Jothi dan Maharaja juga selalu memandikan dan mengadakan ritual untuk "Laksmi", ditaruh di tempat spesial, dan tak lupa foto bareng.

Karena mereka hanya berdua, eh bertiga, Jothi dan ayahnya digambarkan saling menyayangi dan menjaga satu sama lain. Lebih-lebih Maharaja yang tidak mengapa jika Jothi terlalu banyak menasihatinya.

Di sekolah, Jothi bukan murid pintar secara akademis, tetapi hebat dalam bidang olahraga. Karena itulah Jothi cukup sering dihukum di sekolah, sampai-sampai tidak ada guru yang menyukainya, kecuali Bu Aasifa.

Ketika pihak sekolah menuduh Jothi mencampur alkohol dalam minuman para tamu, Maharaja datang membela Jothi sampai pihak sekolah dipaksa meminta maaf. Di sini terlihat, betapa teguh seorang Maharaja. 

Suatu hari Jothi pergi keluar kota untuk menghadiri perkemahan olahraga selama sepekan. Untuk pertama kalinya, Maharaja tanpa putrinya menjalani rutinitas biasa. Bekerja di Jothi Saloon, pulang, lalu menemukan rumahnya yang porak-poranda, serta Laksmi yang tidak ada.


Baca : Hunian Baru dari Balikpapan Superblock


Maharaja yang terluka , melaporkan pencurian "Laksmi" pada kepolisian setempat.

Polisi percaya? Tentu tidak. Aneh, bingung, mengira Maharaja linglung, menolak, begitulah reaksi polisi. Namun, Maharaja tidak putus asa. Berhari-hari dia nongkrong di kantor polisi menuntut ditemukannya Laksmi. Bahkan mengatakan, jika kepolisian tidak bisa menemukan "Laksmi" serahkan saja pada CBI. 

Alhasil, kepolisian pun mencari "Laksmi". Asumsi mereka, Maharaja menyembunyikan sesuatu yang berharga pada "Laksmi". Karena tidak mungkin seseorang sebegitu terobsesinya pada sebuah tong sampah.

Mari berbelok dulu pada tokoh lain.

Pada seorang lelaki bernama Selvam, bos bandit jahanam, bersama rekannya yang gemar memperkaos perempuan yang rumahnya mereka rampok. Sebrengsek-brengseknya Selvam dalam kisah ini, dia adalah sosok yang sangat mencintai keluarga. Suatu waktu Selvam dan Maharaja bertemu.


   KESAN FILM MAHARAJA (2024)  

Cukup bingung mau memutus bagian mana saat menuliskan sinopsis cerita film Maharaja ini. Karena skripnya benar-benar unik, khawatir nantinya bakal spoiler. Kehebatan film keluaran Tamil ini juga karena twist-nya yang berlapis-lapis. Sehingga (saya yakin) banyak penonton yang butuh mengulang-ulang ke lapisan adegannya.

Mungkin, jika Nithilan Saminathan, selaku penulis, dan Raam Murali (co-writer) tidak mengobrak-abrik alurnya, cerita ini akan kental pada bagian dramanya. Tetapi, mau dibuat rumit atau tidak, film Maharaja mampu menawarkan kekuatan bukan hanya pada konsep cerita, melainkan pada tiap genrenya. Pada bagian drama, penonton (seperti saya) sulit untuk tidak tersentuh ketika melihat hubungan keluarga dibangun, atau bagaimana penggambaran cinta seorang ayah. Pada bagian action,  beberapa bagian terasa tajam, ngilu dan sadis. Karena itu, tulisan ini bukan untuk membuat kalian buru-buru nonton, cukup bagi yang sudah matang berpikir saja. Pada bagian thriller disajikan ketegangan yang berulang, plus gemas. Sementara bagian misteri, dibumbui analogi, simbolis, situasi yang membingungkan, dan sudah pasti bikin penonton menebak-nebak. Secara personal, pada bagian komedi-lah yang terasa minus. Entah karena penasaran pada inti cerita, atau memang nggak cocok. Apalagi saat di kepolisian, saat adegan pemukulan, apakah maksudnya ini hal yang lucu, fakta di kepolisian, sekadar ada yang dipertontonkan, atau faktanya kepolisian memang lucu-lucu, atau apa dong.


Ayah yang Luar Biasa   

Tokoh Maharaja yang diperankan Vijay Sethupathi memang terasa pas. Suaranya nggak tinggi, menunjukkan karakter yang kalau dalam dunia nyata, biasanya ngomong seperlunya saja, alias bukan tipe cerewat. Maharaja adalah tipe orang yang kalau dia salah, dia rela dinasihati, bahkan oleh anaknya, Jothi.  Tipe manusia yang lebih banyak mendengarkan suara-suara protes orang sekitarnya. Sewaktu jadi anak buah, dia terbiasa diprotes bosnya. Sewaktu sudah jadi bapak buah, eh bos, dia juga membiarkan pegawainya mengomeli. Di rumah, Jothi-lah yang mendominasi. Bisa jadi, ketika telinganya terluka adalah makna bahwa Maharaja sedang 'menutup' suara-suara  sekitarnya. Bukan lagi waktunya dia mendengar, sudah waktunya dia didengar.

Ungkapan "air tenang menghanyutkan" juga cocok untuk tokoh utama kita ini. Kelihatannya sih tenang aja, tapi begitu ketidakadilan terjadi di sekitarnya, aksi bombastis pun terjadi. Apalagi ketidakadilan itu terjadi pada orang terdekat. Khas film India pun auto terlihat di sini.

Nilai konsisten pada diri Maharaja menjadi poin baik yang bisa diambil dari cerita ini. Ketika polisi mengindahkan laporan hilangnya Laksmi, Maharaja dengan konsisten datang terus ke kantor polisi, nggak peduli dipermalukan, disuruh-suruh, pokoknya sampai Laksmi ditemukan, titik. Saking konsistennya, Maharaja yang dulunya tukang cukur, belasan tahun kemudian tetap pencukur.

Dalam film ini, terdapat sosok Selvam, si kriminal yang juga dikisahkan sebagai ayah yang baik. Selvam yang malah mengingatkan pada Kiki Narendra ( maaf ya om)

Intinya peran ayah dalam film ini dibuat powerful, punya pengaruh besar dalam penceritaan. Sehingga bolehlah mengatakan bahwa film ini memang tentang kasih sayang seorang ayah. 

Terus bagaimana dengan sosok ibu, juga Laksmi?


Perempuan-perempuan Hebat   

Sewaktu memilih boneka, Maharaja juga membeli patung boneka ibu dan anak. Saat truk menghancurkan rumah di seberang matanya, saat itu juga patung terlepas dari tangan Maharaja, dan pecah. Saya pikir, pecahnya patung itu simbol ketiadaan hubungan ibu dan anak nantinya, alias berganti menjadi ayah dan anak. Tapi, bukan berarti sosok ibu nggak ada sama sekali dalam cerita ini.

Istri Maharaja, meski singkat sekali, diperlihatkan sebagai perempuan yang setia mendampingi suami, juga mampu menjadi suara bagi suaminya. Sekali lagi, adegan ini singkat sekali. Sosok perempuan lain yang saya kagumi adalah istri Selvam. Hebat sih dia ini.

Ada pula gurunya Jothi yang cantik, Miss Aasifa. Awalnya saya pikir, guru ini bakalan punya peran besar dalam inti cerita, tapi ternyata nggak gimana-gimana banget gitu. Sepertinya, peran dia dibutuhkan untuk menyuarakan hal lain, misal kegelisahan dalam dunia pendidikan, karena masih banyak orang bahkan guru yang berpikir bahwa hal terpenting adalah nilai akademis, yang lain nggak terlalu penting. Miss Aasifa menjadi 'perempuan hero' bagi Jothi yang saat itu kena fitnah. Menjadi sahabat bagi Jothi, juga perempuan yang support perempuan. Satu lagi, Miss Aasifa dimunculkan sebagai wujud indahnya persahabatan dalam perbedaan keyakinan antara guru dan murid ini.

Tentang Jothi, yang katanya nggak pintar di sekolah, aslinya luar biasa hebat. Meski suka 'ngomeli' ayahnya, dia tidak asal melakukannya. Ketika Jothi menjelaskan mengapa dia melakukannya, hal itu menunjukkan betapa dia dan ayahnya memiliki hubungan yang baik. 

Saya juga suka kalimat Jothi yang lain :

"Saya tidak akan hancur. Saya akan move-on dari ini"


Dengarnya nyes banget. Dididik dengan cara apa ni anak.


Plot Twist, Setting, Cinematography    

Sebenarnya film bagus gak harus ada twist. Tapi permainan plot twist di sini memang manis. Walau pun, sebenarnya, saya cukup bisa menebak arah cerita, karena terbiasa menonton film India, terutama India Selatan yang bergenre misteri dan thriller, yang sajian twist-nya begitu kompleks. Misalnya, Dhrisyam (2013) yang kemudian di-remake Bollywood diperankan Ajay Devgan. Lalu, ada Rorschach (2022), lainnya saya lupa.
Nggak tahu ya, kenapa orang-orang ini bisa bikin cerita semumet itu. Tapi, emang seru sih. 

Hal lain yang saya suka dari film-film India Selatan (hanya yang saya tonton saja) adalah tidak adanya kipas angin yang berlebihan. Ngerti kan ya, di film-film India lain yang kalau jagoannya sudah masuk, rambutnya berkibar-kibar, bajunya tertiup angin, apalagi kalau tokoh perempuan yang masuk. Tapi, itulah ciri khas movie India, yang sebenarnya bikin menarik. 

Kesulitan lain ketika saya menonton film India Selatan adalah melihat laki-lakinya terasa sama semua. Sama-sama berkumis, sama-sama berbadan besar. Jadi, sewaktu belum terbiasa, saya akan mengulang-ngulang dulu perkenalan dengan tokohnya. Sebenarnya ini mirip-mirip sewaktu awal nonton film/series Korea. Masih bingung dengan wajah-wajah tokohnya juga namanya. Tapi lama-lama ya biasa saja.

aktor india selaran
kumis ciri khas?

Tone warna dalam film ini terasa pas-pas aja, nggak cerah banget, nggak gelap banget, sepertinya cukup disesuaikan dengan keadaan lingkungannya. Begitu juga dengan setting Selvam sebagai tokoh kriminal juga tidak ditunjukkan dalam hidup gemerlap, foya-foya, macam bos mafia, dengan musik menggema. Jadi, sepertinya memang begitu adanya ya begitu saja.


Laksmi, Filosofi, dan Simbol    

Menerobos makna Laksmi ini yang paling menarik. Benar, Laksmi yang "menyelamatkan" bayi Jothi. Tapi, sepertinya ada makna lain atau yang lebih besar, yang saya tidak ketahui. Bukan tentang pemujaannya ya. Nama Laksmi sendiri dipercaya sebagai dewi kemakmuran, keberuntungan, kesuburan, kebijaksanaan, kecantikan, keperkasaan, kekayaan, kesehatan, cinta dan pengetahuan (wikipedia). Tapi, diwujudkan sebagai tong sampah yang kemudian dilaporkan Maharaja itulah yang menggelitik. Selesai menonton pun masih timbul "Lha kenapa Maharaja melaporkan tong sampah? padahal kan dia bisa aja....." Sedikit asumsi yang akhirnya saya punya, adalah berkaitan dunia kepolisian di sana. Kalau Maharaja melaporkan hal lain, polisi tidak akan peduli. Ada dialog ketika Maharaja bertanya pada Prabhu (pelopor di kantor polisi),  "Apakah kamu tidak memiliki koneksi apa pun di kantor polisi?" Jadi Maharaja tahu, kalau nggak punya koneksi, urusan sama polisi lambat.

Namun, jika Maharaja melaporkan kehilangan tong sampah, meskipun polisi akan mengabaikan, tapiiii polisi akan curiga bahwa itu adalah benda penting, mungkin berisi hal yang sangat berharga. Makanya mereka mencarinya, apalagi dalam film ini digambarkan polisinya rakus harta.

Kemudian tentang ular. Kalau Laksmi memang disebutkan apa dan mengapa ada dalam cerita ini, lain lagi dengan ular. Adegan ular masuk rumah yang beberapa kali diperlihatkan ini masih menimbulkan tanda tanya, termasuk juga ular di kantor polisi. Secara sederhana, saya berasumsi kalau ini berkaitan dengan kepercayaan. Setelah Maharaja bertanya pada Prabhu tentang koneksi di kepolisian, dan dijawab tidak ada oleh Prabhu. Maharaja pun menenangkan Prabhu agar percaya saja pada Tuhan. Jadi, keberanian Maharaja tidak lepas dari campur tangan pada kepercayaan yang dia miliki. Lagi-lagi ini perkiraan saya.


Pesan dalam Film Maharaja   

Tolong ya para Ayah, nafkahi keluargamu dengan cara yang baik dan halal. Kalau tidak, kamu akan kehilangan semua yang kamu miliki. 

Wahai para ayah, jangan menyakiti orang lain, karena bisa saja, sakit yang dialami orang itu kelak berbalik pada keluargamu sendiri.

Untuk para ayah yang baik, terima kasih.


                                  

selera personal : 8,8/10
#NgulasFilm bukan merupakan ajakan menonton film. Berpikir bijak sebelum menonton.



1 Comments

  1. Walopun ditulis pd bagian bawah bukan ajakan untuk menonton, tp aku memang udh tertarik lihat film ini mbaaa 😄😄. Soalnya banyaaaak temen2 blogger Malaysia ku yg sedang nulis film maharaja.. Dan mereka semua bilang bagus. Gimana ga tertarik 😅. Udh masuk kok dlm list, minggu ini rasanya mau aku tonton . Jarang sih lihat india. Tp kalo di bilang menarik, biasanya aku tonton juga

    ReplyDelete

Hai, bila tidak memiliki link blog, bisa menggunakan link media sosial untuk berkomentar. Terima kasih.